Kesungguhan dalam Belajar , Ketekunan, dan Cita-cita

Oleh : Novi Intan Sari
- Kesungguhan hati untuk menggapai cita-cita
Seorang pelajar harus bersungguh-sungguh serta istiqamah dalam belajar atau mencari ilmu. Seperti pula ditunjukkan firman Allah : “Dan orang-orang yang mencari keridloan Kami, niscaya Kami tunjukkan mereka kepada jalan-jalan Kami (Al-Ankabut : 69). Ada juga maqolah mengatakan Ijhad walaa taksal walaa taku ghaafilan fanadaamatu al-‘uqbaa liman yatakaasal, hidup perlu diperjuangkan dengan penuh kesungguhan. Maka, tidak ada yang bisa kita capai dengan baik kecuali dengan kesungguhan. Dengan kesungguhan akan mengantarkan kita kepada kesuksesan. Dan Berusahalah Menghindari sifat malas, karena malas itu merusak. Seberapapun tinggi keterampilan dan pengetahuan yang kita miliki, jika tidak diiringi dengan kesungguhan, tidak akan bisa memberikan hasil yang memuaskan.
Banyak orang pandai, keterampilan dan pengetahuannya tinggi, seringkali kalah bersaing dengan orang-orang yang biasa-biasa saja tetapi lebih giat dan sungguh-sungguh dalam bekerja. Jika kita memiliki kemauan yang besar, akan mendapat jalan kemudahan dengan terwujudnya apa yang kita harapkan. Jadilah orang pandai dan giat, agar bisa menghasilkan karya secara maksimal. “Man Jadda Wajada”. Jangan sampai, di saat tua nanti, kita baru menyesal mengapa di saat muda tidak memanfaatkan waktu secara maksimal. Berleha-leha dan bermalas-malasan hanyalah kesenangan sesaat dan tidak menghasilkan apa-apa. Jangan sampai penyesalan itu datang karena kita tidak memanfaatkan hidup dengan kesungguhan kerja secara maksimal. Dan barang siapa yang ingin semua maksudnya tercapai, hendaknya dia bersungguh-sungguh, tekun, mengurangi tidur malam, banyak ibadah, mengurangi makan, sabar, serta dipelajari dalam waktu yang lama, dan semuanya harus diperjuangkan untuk dilaksankan
- Istiqomah dan Mengulang Pelajaran
Konsep Istiqomah dalam ta’lim bisa diartikan dengan: pelajar hendaknya sanggup belajar dan mengulangi pelajaran secara kontinu. Seorang pelajar harus dengan istiqomah sanggup mengulangi pelajaran yang telah lewat, bagi orang yang baru memulai belajar dianjurkan mengambil pelajaran yang kira-kira mampu untuk dipaham dan dihafalnya. membuat catatan mengenai pelajaran-pelajaran yang telah dipahami dan dihafalnya itu adalah cara yang sangat efektif. Pelajar harus memahami pelajaran dan mengulanginya serta tidak mengabaikannya. dan waktu yang tepat untuk mengulangi pelajaran yaitu pada awal waktu malam dan akhir waktu malam. Sebab waktu diantara magrib dan isya’ demikian pula waktu sahur adalah waktu yang membawa suatu keberkahan. Disamping berusaha dengan sungguh-sungguh, pelajar juga harus selalu berdoa, bersyukur, selalu mengorbankan harta demi ilmu, dan lillahi ta’ala.
Diantara faktor yang dapat membantu kita untuk mencapai sikap istiqamah ialah: mengarahkan hati untuk berjuang melawan tuntunan nafsu dan sifat malas yang merangsang ke arah kejahatan dan malas belajar. Di samping itu, keinginan nafsu, sifat malas serta kehendak-kehendak duniawi wajarlah dibimbing sehingga ia menjurus ke arah kebaikan dan keikhlasan karana Allah semata. Memang tidak dinafikan, berusaha melawan hawa nafsu dan sifat malas itu tidak mudah. Mereka adalah sesuatu yang menjalar dan perlu ditaklukan, guna mencapai kesuksesan dunia-akhirat. Segala kesulitan dalam berusaha melawan hawa nafsu dan sifat malas adalah ujian yang perlu ditangani dengan bersungguh-sungguh, sabar serta tawakal kepada Allah SWT.
Penuntut ilmu juga jangan sampai membuat dirinya kelelahan, sehingga lemah dan tidak dapat berbuat sesuatu, sabda Rosululloh SAW, “Ingatlah bahwa agama ini (Islam) adalah agama yang kokoh, santunilah dirimu dalam menunaikan tugas agama, janganlah kau buat diimu sengsara lantaran ibadahmu kepada Allah. Sesungguhnya orang yang telah hilang kekuatannya tidak akan bisa meneruskan perjalanan dan menunggangi kendaraannya. Lebih lanjut beliau bersabda, “Ilmu adalah kendaraanmu, maka santunilah”
- Cita-cita Luhur
Seorang pelajar harus memiliki cita-cita yang tinggi, sebab orang itu tinggi derajatnya karena memang ia bercita-cita tinggi. Cita-cita itu ibarat sayap burung yang dipergunakan untuk terbang tingi-tingi. Dalam kitab Ta’lim Muta’allim,Abu Tayyib berkata : “ Kedudukan seseorang itu tergantung menurut cita-citanya, dan kemuliaan akan tergapai oleh seseorang kalau cita-citanya tinggi dan mulia. Pangkat yang tinggi akan terasa berat meraihnya bagi orang yang berjiwa kerdil, tapi bagi orang yang berjiwa besar setinggi apapun sebuah kdudukan, dianggap kecil atau ringan. Pangkal kesuksesan adalah kesungguhan dan cita-cita yang luhur. Demikian pula sebaliknya, bila cita-citanya tinggi namun tidak ada kesungguhan berusaha, atau bersungguh-sungguh tapi tidak bercita cita tinggi, maka sedikit pula ilmu yang yang berhasil didapatkannya.
Komentar Terbaru