No Pain, No Gain
28 juni tepatnya kakiku mulai melangkah meninggalkan rumah dan pergi menuju cakrawala dunia yang lebih luas sebagai musafir yang fakir ilmu.
Saya Bhernia Irdianis, putri dari Bp. M.Anis dan Ibu Muhyatun asal Lampung, Kec.Gisting, Kab.Tanggamus, lahir pada tanggal 1 November tahun 2000 dan juga salah satu mahasiswa IAIN Tulungagung sekaligus mahasantri PP. Subulussalam Tulungagung.
Banyak sekali yang bertanya padaku mengapa aku memutuskan untuk pergi dan kuliah di tanah jawa?, jawabanku sangat sederhana sebab dunia itu luas, seperti mahfuudzod dan impian dari kecil untuk bisa tholabul ngilmi di tanah yang penuh keberkahan ini.
Merantau…
Kata yang sangat sederhana, namun bukanlah suatu yang mudah.
Dimana kita harus rela dan ikhlas meninggalkan semuanya, meninggalkan emak… meninggalkan bapak… meninggalkan rumah…saudara… kawan… tanah kelahiran dan banyak lagi. Pergi tanpa sosok yang dikenal, Sudah tak terhitung lagi rasanya tentang seberapa banyak air mata yang terurai, harus mampu melewatiapapun yang terjadi, misalnya saja ketika jadwal perpulangan, mereka sibuk mengemas barang bawaannya untuk dibawa kerumah masing-masing dan aku hanya terdiam melihat betapa senangnya mereka bisa pulang, kemudian pulang ke pondok lagi dengan membawa makanan kesukaan yang dimasakkan oleh ibu mereka, ingin sekali aku makan makanan kesukaanku yang dimasakkan emak. Menangis dalam hati rasanya ketika melihat yang demikian, apalagi ketika bukan rindu?, jahat bukan… ya, rindu memang jahat, ia tidak pernah mengenal arti jarak, waktu, situasi dan kondisi. Akupun ingin seperti mereka tapi apalah daya, bukan sekarang saatnya.
Merantau banyak sekali mengajarkan pelajaran mengenai arti sebuah kehidupan, dimana hidup adalah perjuangan, dari sinilah perantau akan didik, menjadi jiwa yang pemberani, jiwa yang bertanggung jawab, jiwa yang kuat, jiwa yang tak mudah putus asa dan satu lagi mereka dibentuk menjadi pribadi yang dewasa lebih awal.
Banyak sekali orang-orang dibelakangku yang mampu menguatkanku sehingga aku masih sangat kuat untuk melangkah sampai pada posisi seperti ini, ada pak Aan, yupss motivasi sekaligus bos didalam pekerjaanku, aku bekerja sebagai karyawan laundry, selain untuk meringankan beban kedua orang tua banyak sekali hal yang aku dapat dari beliau, beliau mengajarkan banyak sekali ilmu dan percakapan-percakapan kecil mengenai arti kehidupan, tentang kehidupan adalah perjuangan, disiplin dan tanggung jawab adalah modal awalnya. kemudian ada sahabat, beliau sering aku panggil dengan sapaan “mas Lutfi” rajanya kopi penikmat sunyinya malam, beliau adalah orang yang takkalah berartinya dalam hidupku, banyak sekali pesan dari beliau salah satunya “lebih baik pulang membawa nama dari pada pulang membawa kegagalan, belajar bersaing, tidak ada yang susah ketika ada usahanya”, kata-kata yang simple namun mampu membakar perapian semangat bukan?. kemudian yang terahir adalah Orang tua pastinya, sebab merekalah sumber semangatku, sumber inspirasiku, sumber kehidupanku,disaat semangat ini meredup, badan ini lepas dari tiap tulang-tulang pengokohnyasebab rindu, aku yakin merekapun rindu terhadapku, aku yakin disetiap malamnya ada doa-doa yang malaikat bawa dari rumahku disepertiga malam sana kehadapan Allah, doa dengan penuh pengharapan bahkan mungkin dengan penuh derai air mata.
menabung kerinduan, memohon, merintih didalam heningnya doa-doadalam helaian pengharapan terbaik dalam tiap hembusan nafas adalah salah satu cara baktiku menyampaikan kerinduan ini kepada mereka. Siap dengan segala hal adalah kuncinya, harus mampu untuk terus semangat, jangan jadikan kerinduan sebagai penghalang setiap ukiran prestasi yang seharusnya dapat kita raih, lelah?? Lelah belajar?, lelah bekerja?, lelah menunggu?, yap tidak dapat aku pengkiri aku memang sanagatlah lelah, tapi jangan pernah menyerah, berhentilah sejenak sembari menyiapkan langkah yang lebih tinggi bak kumparan besi yang membumbung tinggi keatas langit. tidak ada yang sia-sia, tidak ada yang tidak mungkin ketika kita mau dan kita yakin. Katakan BISA BISA dan BISA ketika kamu gagal, BANGKIT BANGKIT dan BANGKIT.
لَنْ تَرْجِعَ الأَياَّمُ الَّتيِ مَضَتْ وَمَااللَّذَّةُ إِلاَّ بَعْدَ التَّعَبِ
Kesuksesan dan kegagalan bak neraca didepan mata kita yang selaras dengan sudut 180 derajat, lantas apa yang harus kita perbuat?, perbaiki diri, perbarui semangat, bangkit, dunia luas, dunia tidak membutuhkan mereka-mereka yang degan asiknya bermain dengan kemalasan, dunia membutuhkan jiwa-jiwa yang mampu menggebrak perubahan. Aku yakin, ketika kita mampu membudayakan disiplin, kerja keras, tanggung jawab, jujur insyaallah semuanya akan menjadi modal kunci awal meraih kesuksesan, biarlah deraian kringat-kringat ini yang menjadi saksi bisunya.Sampai kapanpun rumah adalah tempat ternyaman, sejauh apapun kakimu melangkah engkau pasti akan kembali kerumah, tapi kamu perlu keluar, sebab kamu perlu tau ada apa di luaran sana. Terus melangkah, manjakan jejaktapak kakimu dengan petualangan, terus belajar dengan tetaptawadhu’. Menjadi mahasiswa dan mahasantri berintelektual nan berbudi baik.
Itu adalah cerita mengenai pengorbananku untuk meraih kesuksesan, mana perjuanganmu? 🙂
NO PAIN, NO GAIN
Bhernia irdianis.
20-03-2019, TA
Asifa, Kamis, 21 Mar 2019
Subhanallah, membacanya membuatku tau apa yg harus ku perbuat saat ini.
Teruslah berkarya mahasantri subulussalam..😊😊
Bherniairdianis, Kamis, 21 Mar 2019
Terimakasih atas kepercayaannya untuk menulis sebuah cerita singkat, terimakasih kepada kawan kawan yang sudah membantu berpartisipasi merapihkan cerita tersebut.
Salamah Noorhidayati, Kamis, 20 Agu 2020
Perjuangan itu Indah, Nikmatilah…
Banyak ide/topik dlm cerita ini yg bs dikembangkan lg dlm bbrp judul…btw okey..ditunggu karya berikutnya