Akhlak Santri dalam Memuliakan Ilmu dan Mua’allimnya
Oleh : Salma Hidayatul Khusna
Akhlak adalah tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan baik. Dengan kata lain, akhlak merupakan perilaku yang tampak (terlihat) dengan jelas, baik kata-kata maupun perbuatan yang memotivasi oleh dorongan karena Allah Swt. Akhlak pada dasarnya melekat dalam diri manusia, bersatu dengan perilaku dan perbuatan. Dalam ajaran agama islam, banyak sekali kitab yang menjelaskan tentang akhlak dan etika seseorang. Salah satunya adalah Kitab Ta’lim Muta’alim yang membahas tentang akhlak dalam mencari ilmu yang disusun oleh Syeikh Az-Zarnuji.
Santri merupakan sebuah panggilan untuk seseorang yang sedang menimba ilmu pendidikan agama islam selama kurun waktu tertentu dengan jalan menetap di sebuah pondok pesantren. Dikatakan oleh sebagian ulama’, bahwa menghormati itu lebih baik daripada taat. Menghormati lebih condong dengan takzim, menjunjung tinggi guru, serta memuliakannya. Sedangkan taat merupakan sikap tunduk dan patuh kepada Allah Swt., Rasul-Nya, serta Ulil Amri. Dalam lingkungan pesantren, menghormati ustadz merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan oleh santri. Mulai dari merendahkan (membungkukkan) badan ketika berjalan atau berpapasan dengan ustadz, menyalami beliau (jika muhrim sesama laki-laki atau sesama perempuan), tidak duduk di tempat duduk beliau saat mengajar, dan tidak mendahului beliau saat keluar majelis atau kelas. Selain itu, akhlak lainnya yaitu tidak memulai bicara padanya tanpa seizin beliau, tidak banyak berbicara saat didepan beliau, tidak bertanya sesuatu apabila beliau sedang lelah atau bosan, dan harus menjaga waktu. Namun seiring berkembangnya zaman, sedikit demi sedikit akhlak tersebut mulai hilang di kalangan santri. Terlebih lagi di zaman milenial seperti sekarang ini, kaum pemuda yang hanya haus dengan trend dan bahkan tidak mengenal akhlak yang baik terhadap seorang ustadz atau guru.
اعلم بان طالب العلم لا ينال العلم ولا ينتفع به الا بتعظيم العلم واهله وتعظيم الا ستاذ وتوقيره
“Para Pelajar (santri) tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan dapat mengambil manfaatnya, tanpa mau menghormati ilmu dan gurunya.”
Seorang santri tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan dapat mengambil manfaatnya, tanpa mau menghormati ilmu dan mua’allimnya (guru). Dengan demikian haruslah seorang santri takdzim terhadap ustadznya, baik yang mengajarnya secara langsung ataupun tidak. Karena sejatinya waktu tidak akan pernah kembali dan tidak akan berulang kembali. Maka sudah semestinya sebagai seorang santri untuk mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Selagi beliau masih ada, hormati dan takdzim kepadanya. Jika beliau sudah meninggal dunia, barulah muncul penyesalan karena dulu tidak menghormati beliau, tidak takdzim, bahkan mengabaikan pesan-pesan dan ajaran pembelajaran yang beliau sampaikan.
Komentar Terbaru