SEKILAS INFO
  • 4 tahun yang lalu / Selamat datang di website Pesantren Subulussalam Tulungagung
WAKTU :

Ta’lim Muta’allim

Terbit 24 Juli 2021 | Oleh : redaksi | Kategori : Artikel
Ta'lim Muta'allim

Oleh : Miftakhur Rohmah

BAB 1 HAKIKAT ILMU, FIKIH DAN KEUTAMAANNYA

Setiap orang Islam diwajibkan menuntut ilmu yang berkaitan dengan apa yang diperlukannya saat itu, kapan saja. Oleh karena setiap orang Islam mengetahui rukun-rukun dan syarat-syarat sahnya salat, supaya dapat melaksanakan kewajiban salat dengan sempurna. Bahkan keutamaan menuntut ilmu sudah terdapat di dalam hadist nabi, yaitu. Rasulullah bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib bagi muslim laki-laki dan perempuan” Ilmu itu sangat penting karena ia sebagai perantara (sarana) untuk bertakwa dengan takwa inilah manusia menerima kedudukan terhormat di sisi Allah, dan keuntungan abadi.

Selain itu, setiap orang Islam juga wajib mengetahui atau mempelajari akhlak yang terpuji dan yang tercela, seperti watak murah hati, kikir, penakut, lancing, sombong, rendah hati, menjaga diri dari keburukan, israf (berlebihan), bakhil (terlalu hemat) dan sebagainya Karena sifat sombong, kikir, penakut, israf hukumnya haram. Dan tidak mungkin bisa terhindar dari sifat-sifat itu tanpa mengetahui kriteria sifat-sifat tersebut serta mengetahui cara menghilangkannya. Oleh karena itu setiap orang Islam wajib mengetahuinya.

BAB 2 NIAT DALAM MENCARI ILMU

Rasulullah bersabda, “Banyak perbuatan atau amal yang tampak dalam bentuk amalan keduniaan, tapi karena didasari niat yang baik (ikhlas) maka menjadi atau tergolong amal-amal akhirat. Sebaliknya banyak amalan yang sepertinya tergolong amal akhirat, kemudian menjadi amal dunia, karena didasari niat yang buruk (tidak ikhlas).”

Niat seorang pelajar dalam menuntut ilmu harus ikhlas mengharap ridha Allah, mencari kebahagiaan di akhirat menghilangkan kebodohan dirinya dan orang lain, menghidupkan agama, dan melestarikan Islam. Karena Islam akan tetap lestari kalau pemeluknya atau umatnya berilmu. Zuhud dan takwa tidak sah tanpa disertai ilmu. Syaikh Burhanuddin menukil perkataan para ulama berikut: “Orang yang tekun, beribadah tapi bodoh, bahayanya lebih besar daripada orang alim tapi durhaka. Keduanya adalah penyebab fitnah dikalangan umat, yaitu bagi orang yang menjadikan mereka sebagai panutan dalam urusan agama”

Dalam menuntut ilmu juga harus didasari niat untuk mensyukuri nikmat akal dan kesehatan badan Jangan sampai terbersit niat supaya dihormati masyarakat, untuk mendapatkan harta dunia, atau agar mendapat kehormatan di hadapan pejabat atau lainnya. Boleh menuntut ilmu dengan niat dan upaya mendapat kedudukan di masyarakat kalau kedudukan tersebut digunakan untuk amar ma’ruf nahi munkar, dan untuk melaksanakan kebenaran, serta untuk menegakkan agama Allah. Bukan untuk mencari keuntungan diri sendiri, juga bukan karena keinginan hawa nafsu. Seperti bertawadhu’. Tawadhu’ sendiri adalah salah satu tanda atau sifat orang yang bertakwa. Dengan bersifat tawadhu’, orang yang takwa akan semakin tinggi martabatnya. Yang aneh adalah ujubnya orang yang tidak tahu keadaan dirinya apakah ia termasuk orang yang beruntung atau orang yang celaka. Atau bagaimana akhir umurnya, atau apa tempat kembalinya pada hari kiamat kelak, ke neraka atau ke surga. Sifat sombong itu merupakan sifat yang hanya pantas dimiliki oleh Allah.

BAB 3 MEMILIH ILMU, GURU, TEMAN BELAJAR DAN TEKUN DALAM MENIMBA ILMU

Seseorang yang mencari ilmu harus memilih ilmu pengetahuan yang paling baik atau paling cocok dengan dirinya. Yang pertama adalah ilmu tentang urusan agama pada saat itu. Kemudian baru ilmu-ilmu yang diperlukannya pada masa yang akan datang.  Ilmu tauhid harus didahulukan, supaya dapat mengetahui sifat-sifat Allah berdasarkan dalil yang otentik. Karena imannya orang yang taklid tanpa mengetahui dalilnya, sekalipun sah menurut pendapat, tetapi ia berdosa. 

Mencari ilmu adalah kewajiban dan harus mendapat orang yang tepat. Maka diharuskan untuk bermusyawarah atau minta nasihat kepada orang alim/seorang guru. Adapun cara memilih guru atau kiai carilah yang alim, yang bersifat wara’, dan yang lebih tua. Dikatakan bahwa manusia itu ada tiga macam: yang pertama adalah orang yang benar-benar sempurna. Kedua orang yang setengah sempurna. Dan ketiga rang yang tidak sempurna sama sekali. Orang yang benar-benar sempurna ialah orang yang pendapat pendapatnya selalu benar dan mau bermusyawarah. Sedangkan orang yang setengah sempurna ialah orang yang pendapatnya benar, tapi tidak mau musyawarah. Dan orang yang tidak sempurna sama sekali, ialah orang yang pendapatnya salah dan tidak mau musyawarah. Maka hendaklah memilih guru yang benar-benar sempurna. Selain itu, untuk memilih teman juga harus diperhatikan. Maka dalam berteman, harus berteman dengan orang yang tekun belajar, bersifat wara’ dan berwatak Istiqamah, karena seorang teman akan lebih banyak mempengaruhi kehidupan setiap orang. Dalam menuntut ilmu, seseorang tidak boleh menuruti keinginan hawa nafsunya. Ia harus bersabar dan tabah, karena kesabaran dan ketabahan merupakan pokok dari segala urusan. 

BAB 4 PENGHORMATAN TERHADAP ILMU DAN ORANG ALIM

Seseorang yang menuntut ilmu tidak akan memperoleh ilmu yang bermanfaat, tanpa menghormati ilmu dan guru. Adapun cara menghormati guru yang benar yaitu tidak berjalan di depan guru, tidak duduk di tempat guru, tidak memulai bicara padanya kecuali dengan ijin guru. Tidak bertanya sesuatu bila guru sedang capek atau bosan. Jika ingin memanggil guru, harus menjaga waktu tidak mengetuk pintunya, tapi menunggu sampai guru keluar. Selain itu, termasuk menghormati guru adalah menghormati putra-putranya, dan orang yang ada hubungan kerabat dengannya. Seseorang yang menuntut ilmu, juga harus menghormati ilmu. Adapun cara menghormati ilmu adalah tidak meletakkan kitab di dekat kakinya ketika duduk bersila, meletakkan kitab tafsir di bagian paling atas dibandingkan dengan kitab-kitab lain, tidak meletakkan sesuatu di atas kitab, tidak memakai tinta merah saat menulis kitab, menulis kitab dengan jelas, rapi dan tidak terlalu kecil. 

BAB 5 KESUNGGUHAN DALAM BELAJAR, KETEKUNAN DAN CITA-CITA.

Di dalam Al-Qur’an sudah dijelaskan yaitu “Dan orang-orang yang berjihad atau berjuang sungguh-sungguh untuk mencari (keridhaanku), maka benar-benar Aku akan tunjukkan mereka kepada jalan-jalan menuju keridhaan-Ku”

Dikatakan barang siapa bersungguh-sungguh mencari sesuatu tentu akan mendapatkannya. Dan siapa saja yang mau mengetuk pintu, dan maju terus, tentu bisa masuk. Dengan kadar sengsara seseorang yang mencari ilmu dalam berusaha akan mendapat apa yang didambakan. Selain itu seseorang yang mencari ilmu tidak boleh banyak tidur pada malam hari. Seperti dikatakan dalam kitab yaitu kemuliaan itu akan tercapai menurut kadar kesengsaraan. Barangsiapa ingin mencari kemuliaan, maka harus meninggalkan tidur malam. Kamu ingin kedudukan tinggi tapi kamu enak-enak tidur pada malam hari. Padahal orang yang mencari permata pun harus menyelam ke dalam lautan. Derajat yang luhur itu seiring dengan cita-cita yang luhur Orang yang memperoleh kedudukan tinggi karena ia berjaga malam Aku tidak tidur di waktu malam, ya Tuhanku, demi mencari keridhaanmu Ya Tuhan yang menjadikan seseorang menjadi tuan. Siapa ingin kedudukan tinggi, tapi tidak mau kerja keras, itu artinya dia menyia-nyiakan usia. Seorang yang mencari ilmu, harus menggunakan waktu malam untuk belajar dan ibadah, supaya memperoleh kedudukan tinggi di sisi-Nya. Seseorang yang mencari ilmu harus mengulang-ulang pelajarannya pada awal malam dan akhir malam. Yaitu antara Isya’ dan waktu sahur, karena saat-saat tersebut adalah waktu yang baik. Disisi lain, seorang santri juga tidak boleh terlalu memaksa diri hingga melebihi kekuatannya. Karena akan melemahkan tubuhnya, sehingga tidak mampu bekerja karena terlalu lelah. Mencari ilmu itu harus sabar. Pelan-pelan tapi kontinyu, sabar inilah pokok yang penting dari segala sesuatu.

Rasulullah bersabda, “Ketahuilah bahawa agama ini kukuh (banyak tugas), maka terlibatlah dalam urusan agama dengan pelan-pelan dan janganlah kamu buat dirimu bosan baribadah kepada Allah, karena orang yang mematahkan kendaruannya, tidak akan bisa menempuh perjalanan, bahkan akan kehilangan kendaraannya.”

Dalam bercita cita, seseorang yang mencari ilmu harus memiliki cita-cita tinggi, sebab orang itu tinggi derajatnya karena memang ia bercita-cita tinggi. Cita-cita itu ibarat sayap burung yang dipergunakan untuk terbang tinggi-tinggi. Ali bin Abi Thalib berkata: “Kedudukan seseorang itu tergantung menurut cita-citanya. Dan kemuliaan akan tergapai oleh seseorang kalau cita-citanya tinggi dan mulia. Pangkat yang tinggi akan terasa berat meraihnya bagi orang yang berjiwa kerdil. Tapi bagi orang yang berjiwa besar, setinggi apa pun sebuah kedudukan, dianggap kecil atau ringan.”

Yang harus dihilangkan dalam mencari ilmu adalah malas, karena sifat malas itu timbul disebabkan kurangnya perhatian terhadap keutamaan dari pentingnya ilmu. Oleh karena itu, seseorang yang mencari ilmu harus berpayah-payah dalam menuntut ilmu. Karena ilmu itu kekal, sedang harta benda akan sirna. Di dalam kitab juga dijelaskan kedudukan orang berilmu jauh lebih tinggi daripada raja dan panglima. Aku akan menerangkan keunggulan ilmu kepada kalian. Ketahuilah, ilmu itu laksana cahaya terang yang sempurna yang dapat menerangi jalan orang bodoh di sepanjang masa, orang yang berada dalum kebodohan. Ilmu itu laksana puncak gunung yang tinggi yang dapat menyelamatkan manusia dari bahaya banjir. 

Seseorang yang mencari ilmu juga tidak boleh makan terlalu banyak karena dapat menyebabkan ngantuk dan lupa. Hal ini dapat terjadi karena lupa itu disebabkan kebanyakan dahak. Banyak dahak karena banyak minum. Dan banyak minum karena banyak makan Roti kering dapat menghilangkan dahak. Makan anggur kering juga dapat menghilangkan dahak, tapi jangan banyak supaya tidak haus. Bersiwak juga dapat mengurangi dahak, dapat menguatkan hafalan, dan menyebabkan fasih bersiwak itu hukumnya sunnah Dapat menambah pahala salat dan pahala membaca Al-Qur’an. Sedangkan cara mengurangi makan adalah dengan cara memikirkan yaitu dapat menyehatkan badan, manfaat makan sedikit itu, menumbuhkan sifat wara’, dan sikap mengalah. Selain itu, cara mengurangi makan dapat juga dilakukan dengan mengurangi makanan yang berlemak Jangan makan bersama orang-orang yang lapar. Boleh banyak makan kalau ada tujuan yang benar, misalnya supaya kuat berpuasa, supaya kuat salat, atau untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berat.

SebelumnyaBentuk Syukur atas Ilmu SesudahnyaHadis Tentang Jumlah Cabang Keimanan

Berita Lainnya

0 Komentar