SEKILAS INFO
  • 4 tahun yang lalu / Selamat datang di website Pesantren Subulussalam Tulungagung
WAKTU :

Pandemi? Bukan Alasan Santri Berhenti Mengaji

Terbit 15 Juni 2020 | Oleh : redaksi | Kategori : Artikel
Pandemi? Bukan Alasan Santri Berhenti Mengaji

Oleh : Dewi Masithoh

            Pada zaman sekarang ini, mungkin pantun perjumpaan yang ini akan pas dengan keadaan yang sedang dialami oleh semua orang dimuka bumi.

Kalau ada sumur di ladang,

bolehlah kita menumpang mandi

Kalau ada umur yang panjang,

bolehlah kita bejumpa lagi

Sekarang untuk bertemu satu sama lain saja tak semudah tahun-tahun sebelumnya yang tinggal menyapa atau membuat janji ketemu dimana. Jarak harus jadi pemisah untuk sekedar saling duduk bersanding dan menikmati cemilan atau makan bersama. Memang, jarak tidak hanya perihal bisa bertemu atau tidak, toh sekarang teknologi juga semakin canggih. Semua bisa terasa dekat meskipun jauh.

Walaupun, tidak bisa dipungkiri juga bisa membuat yang dekat terasa jauh. Sekarang, manusia sedang dituntut untuk benar-benar saling menolong satu sama lain. Berjuang dan berkorban tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri saja, tapi juga untuk sesama. Bersama-sama menghadapi cobaan yang ada dengan keyakinan semua akan lekas baik-baik saja.

Gemparnya dunia dengan adanya virus yang mematikan, membuat keadaan harus berubah dari tatanan.Coronavirus atau dikenal dengan virus corona berasal dari bahasa latin corona yang memiliki arti mahkota atau lingkaran cahaya.

Penamaan tersebut dilihat dari bentuk infektif virus melalui hasil mikroskop electron yang menampilkan pinggiran permukaan virus yang bulat dan besar yang menghasilkan gambar mirip dengan mahkota atau corona matahari.

Jenis penyakit ini menyebabkan infeksi saluran pernafasan pada  manusia dengan gejala bertahap dari mulai pilek ringan sampai  yang sifatnya mematikan. Coronavirus ini juga disebut dengan istilah COVID-19 (wikipedia).

Adanya pandemi corona ini seakan menjadikan shok culture bagi semua manusia dengan semua kebiasaan yang dilakukan. Belajar, bekerja, ibadah, dan lainnya harus dilakukan di rumah saja. Rajin cuci tangan ketika hendak pergi atau setelah pergi. Harus ada jarak antar sesama meski sedang bersandingan. Kita memang tidak dianjurkan untuk terlalu panik dengan adanya pandemi ini.

Hal ini juga bisa berakibat fatal karena bisa merusak daya imun dalam tubuh kita. Sebaliknya, kita haruslah berhati-hati dan mawas diri agar imun tubuh tetap terjaga dan semoga selalu diberi perlindungan agar dihindarkan dari wabah corona tersebut.

Mengikuti himbauan pemerintah juga merupakan salah satu ikhtiyar kita dalam menangani adanya corona ini. Pandemi corona sudah menyebar dimana-mana, oleh karena itu, dengan tetap di rumah saja dan tidak mudik ketika dari kota yang terkena zona merah, akan sangat membantu dan memutus rantai penyebaran corona.

Tidak hanya berdampak pada semua aktivitas secara formal saja. Bekerja di kantor dan juga sekolah atau pun kuliah di kampus, namun juga berdampak pada kegiatan pembelajaran secara nonformal. Iya, kegiatan di pondok-pondok pesantren.

Dengan menyebarnya virus corona yang semakin menjadi-jadi, semua yang bersifat berkerumunan atau berkumpul secara mutlak harus dibubarkan untuk menghindari wabah corona tersebut.

Begitupun dengan pembelajaran di pondok pesantren. Pihak pesantren mengambil kebijakan untuk meliburkan dan mengkoodinir para santri untuk belajar di rumah saja. Para santri yang biasanya tidak pernah pulang karena rumah yang jauh, untuk saat ini pun dengan berat hati harus pulang sebagai upaya untuk mencegah penyebaran virus corona yang semakin merajalela serta mematuhi aturan pemerintah yang ada.

Dunia memang sedang berjuang melawan keadaan yang mencekam. Akan tetapi, semangat untuk tetap bertahan tidak boleh padam. Begitupun yang harus ditanamkan oleh setiap santri.

Adanya corona yang mengharuskan untuk di rumah saja, tidak boleh menjadi alasan untuk tidak mengaji meski tidak sedang diawasi oleh para ustad/ustadzah.

Karena sejatinya semua yang kita lakukan pasti sudah diawasi oleh pasukan Allah swt yang berupa malaikat Atit dan Rokib. Abah, ibu Nyai, serta ustad/ustadzah juga sudah memfasilahkan agar tetap mengistiqomahkan membaca surat-surat tertentu dari Al-Qur’an sebagaimana yang dibaca ketika di pesantren selain membaca Al-Qur’an sesuai penandaan masing-masing.

Artian mengaji memang tidak hanya menyoal tentang membaca Al-Qur’an saja, meskipun dominan mengacu ke pemaknaan tersebut. Makna mengaji bisa juga diartikan dengan belajar ilmu agama. Sebagaimana yang dilakukan ketika di pesantren.

Belajar ilmu-ilmu agama melalui kitab-kitab yang sudah ditentukan juga disebut dengan mengaji. Begitupun ketika berada di rumah saja seperti ini, mengaji kehidupan juga sedang berlangsung dengan pengajaran alam dan penyesuaian diri yang harus benar-benar siap mental untuk menghadapi setiap situasi yang terjadi.

Kebanyakan mengeluh pun juga akan berdampak tidak baik bagi diri sendiri dan orang sekitar yang mengetahui. Oleh karena itu, semangat untuk tetap mengaji dalam bentuk kebaikan harus tetap terlalui sebagaiamana yang sudah diajarkan oleh Nabi dan perintah Illahi.

Tidak apa-apa sekarang mengaji di rumah saja, hitung-hitung sekarang juga sudah saatnya untuk belajar mengamalkan ilmu yang didapat ketika di sekolah/kampus serta dari pesantren sebelum akhirnya benar-benar harus terjun dalam kenyataan setelah lulus belajar dari sekolah/kampus dan juga pesanten. Jika ada yang merasa kesepian karena ketika di rumah tidak seramai ketika di pesantren, itu wajar.

Tapi, terkadang memang harus ada jarak agar rindu tercipta dan ketika bertemu semua lebih terasa bermakna. Adanya corona pun tidak melulu kepada hal yang berbau negatif, tentang mengeluh, semua serba susah, dan hal-hal lainnya tentang kesengsaraan hidup karena tidak sesuai dengan biasanya. Justru, dibalik itu semua, banyak hikmah yang bisa didapat.

Anjuran-anjuran untuk tetap menjaga kebersihan secara otomatis tidak lagi diabaikan, rasa saling simpati terhadap sesama tumbuh dengan alaminya, kekreatifan muncul dimana-mana, bersama keluarga pun lebih terasa bermakna. Namanya juga hidup di dunia, jika tidak ada cobaan, berarti bisa dibilang dengan surga. Sebagai hamba, sudah sewajarnya jika rasa syukur selalu ditambah dan tidak pantang menyerah.

Percayalah, Allah tidak akan menguji hambaNya melebihi batas kemampuannya (Q.S Al-Baqarah: 286). Tetap beribadah dan berdoa seraya menjalankan protokol kesehatan dan mematuhi aturan yang ada, semoga semua wabah ini segera hilang dari muka bumi dan semua menjadi normal sebagaimana biasanya. Aamiin

SebelumnyaSemangat Hari Santri Tahun 2019 SesudahnyaSantri di Era Pandemi

Berita Lainnya

2 Komentar

Mas Djagad, Senin, 15 Jun 2020

Lanjutkan kakak

Balas

Salamah Noorhidayati, Kamis, 20 Agu 2020

Santri

Balas