SEKILAS INFO
  • 4 tahun yang lalu / Selamat datang di website Pesantren Subulussalam Tulungagung
WAKTU :

Kilauan Mutiara Di Salah Satu Bulan Haram

Terbit 23 Mei 2019 | Oleh : redaksi | Kategori : Artikel
Kilauan Mutiara Di Salah Satu Bulan Haram

KILAUAN MUTIARA DI SALAH SATU BULAN HARAM

Karya : Fitri Fatimatuz Zahrok

“Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah, dan janganlah melanggar kehormatan bulan-bulan haram” (Al-Maidah 2)

 Setiap titik kehidupan manusia, entah disadari ataupun tidak oleh sang empunnya. Kan selalu berjalan dan terus berevolusi mengikuti kehendak hati dan tingkah laku yang ia sadari. Terkadang, hal yang tak dikehendakipun akan menyambut dengan penuh kebahagiaan, bahkan tak terasa tetesan buliran air bening yang tak terbendung turut menghiasi perjalanan manusia di dunia ini. Suatu hal yang pasti terjadi dan kan dilalui manusia yakni bergantinnya siang dan malam, detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari kan berganti bulan hingga bulanpun kan berganti tahun. Begitulah opera Allah yang telah mengatur roda waktu kehidupan manusia. Hingga sajak-sajak perjalanan waktupun kan terbentuk secara alami dalam setiap inci kisah yang telah terlewati.

Ketika sang penikmat waktu enggan mengambil kendali atas waktu yang telah dianugerahkan oleh sang Empunya. Maka tunggulah saat dimana penikmat waktu kan menangis meratapi kepergian sang waktu yang telah berlalu tanpa permisi dan takkan pernah kembali, bahkan hanya sekedar menyapapun enggan. Namun, hal tersebut kan berbeda dengan kisah sang waktu yang dimanfaatkan dengan sebaik mungkin oleh penikmatnya. Maka, waktupun kan terasa pendek, masa depan kan terasa panjang, kegelapanpun kan terlihat terang, dan hal yang membuatnya susah kan dapat mengurai dan melebur menjadi kebahagiaan yang tak pernah disangka oleh sang penikmat waktu. Begitupula dalam ajaran islam juga memerintahkan sang penikmat waktu untuk memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Hingga sebuah penyesalan tak kan pernah menyambutnya dimasa depan.

Dalam kitab suci Al-Quran disebutkan bahwa “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa (At-Taubah 36).

Dalam hal ini, empat bulan haram itu disebutkan dalam sabda Rasulullah SAW “Sesungguhnya zaman telah berputar seperti pada hari penciptaan langit dan bumi, setahun terdapat dua belas bulan dan empat di antaranya adalah bulan haram dan tigadiantaranya berturut-turut, yaitu dzul qa’dah, dzul hijjah, muharram dan rajab mudhar yang berada di antara jumadil awal, jumadil akhir dan sya’ban” (HR. Bukhari dan Muslim) Bulan-bulan haram memiliki kedudukan yang agung, dan bulan rajab termasuk salah satu dari empat bulan tersebut.

Bulan rajab menjadi salah satu bulan yang diharamkan bagi sang penikmat waktu untuk menyia-nyiakannya. Bulan yang haram, bukan berarti bulan yang buruk untuk sang penikmat waktu. Namun, hal tersebut dimaksudkan bahwa, haram bagi sang penikmat waktu untuk menyia-nyiakannya dalam perbuatan sia-sia dan tak bermanfaat. Dalam sebuah kisah terdahulu mencatat bahwa, bulan rajab menjadi salah satu bulan haram dikarenakan, pada bulan rajab diharamkannya berperang kecuali jika musuh yang memulai. Selain itu, dibulan rajab juga diharamkan melakukan perbuatan-perbuatan maksiat sebagaimana Allah SWT berfirman : “Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah, dan janganlah melanggar kehormatan bulan-bulan haram” ( QS. Al-Maidah Ayat 2).

Hal tersebut mengandung makna yang dalam bagi sang penikmat waktu untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang diharamkan oleh syariat Islam sehingga merusak kesucian bulan-bulan tersebut. Larangan ini mencakup melakukan atau beritikad melakukan perbuatan dosa. Karena kedudukannya yang sangat mulia dan khusus tersebut, maka sang penikmat waktu hendaklah menjaga dan memanfaatkan kesucian bulan-bulan haram dengan menjauhi maksiat dan perbuatan dosa. Hal tersebut dikarenakan kadar dosa dan maksiat akan diperbesar oleh Allah SWT, sebagai bentuk pemuliaan Allah SWT terhadap bulan haram tersebut.

Sedikit menengok sejarah perjalanan sang penikmat waktu  yakni baginda Nabi Muhammad saw yang penuh dengan untaian makna disetiap inci kehidupannya. Dimana, sebuah sejarah mencatat pada bulan Rajab terjadi peristiwa Isra-Mi’raj. Sebuah peristiwa di mana Isra Mi’raj adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW atas perintah Allah SWT yang ditempuh dalam waktu semalam. Isra merupakan perjalanan Nabi Muhammad dari Masjidil Haram di Mekkah menuju Masjidil Aqsho di Yerussalem.

Sedangkan Mi’raj merupakan sebuah kisah perjalanan Nabi Muhammad dari bumi menuju langit ketujuh, lalu dilanjutkan ke Sidratul Muntaha. Sidaratul Muntaha menjadi akhir sebuah perjalanan panjang Rasulullah untuk menerima perintah Allah SWT. Perintah tersebut berupa sholat lima waktu sehari semalam. Berangkat dari kisah sang baginda Rasul Muhammad Saw tersebut, kita dapat belajar dan mengambil sebuah hikmah yang terkandung didalamnya.

Dimana, sebagai penikmat waktu yang baik, hendaknya dapat memanfaatkan waktu yang tersisa didunia ini dengan sebaik-baiknya dibulan Rajab dan bulan bulan lainnya. Terutama dapat mengukir sebuah amalan terpuji dalam setiap nafas dan tingkah laku di dunia. Hingga, tiba saat dimana sang waktu tidak berpihak kepada kita untuk kembali mengukir amalan didunia, maka kita telah siap untuk menghadap sang Empunya kehidupan yang hakiki dengan penuh kesiapan dan keikhlasan.

Wallahu a’lam bish-shawab.

SebelumnyaShalat Perintah Dari Allah SWT. SesudahnyaSemangat Hari Santri Tahun 2019

Berita Lainnya

0 Komentar