SEKILAS INFO
  • 4 tahun yang lalu / Selamat datang di website Pesantren Subulussalam Tulungagung
WAKTU :

Antara Nuzulul Qur’an dan Lailatul Qadar

Terbit 14 April 2023 | Oleh : redaksi | Kategori : Generals
Antara Nuzulul Qur'an dan Lailatul Qadar

Penulis: Dr.Hj. Salamah Noorhidayati, M.Ag | Editor: Annisa’ Dwi Arrahma

Pesantren Subulussalam Tulungagung

22 Ramadhan 1444 H
13 April 2023 M

وَاعْلَمُوا أَنَّمَا غَنِمْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَأَنَّ لِلَّهِ خُمُسَهُ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ إِنْ كُنْتُمْ آمَنْتُمْ بِاللَّهِ وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ ۗ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ  (الأنفال:٤١)

Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari FURQAN yakni YAUMA ILTAQA AL JAM’AN  yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al Anfal: 41)

Ayat ini mengisahkan tentang di turunkannya Al-Quran pada hari bertemunya 2 Pasukan (Yauma iltaqa al Jam’an), yakni peristiwa perang Badar. Dalam sejarah tercatat bahwa perang Badar terjadi pada tanggal 17 Ramadhan. Inilah di antara argumen  penetapan Nuzulul Qur’an, yang kemudian menjadi peristiwa yang diperingati setiap tgl 17 Ramadhan.

Namun menjadi isykal ketika ayat tersebut dihadapkan pada surat Al-Qadr. “inna anzalnahu fi lailati l qadr”, bahwa Al-Quran diturunkan pada malam LAILATUL QADAR. Sementara keyakinan mayoritas ulama dan umat Islam bahwa Malam Lailatul Qadar jatuh pada  malam ganjil 10 akhir bulan Ramadhan. Di antaranya hadits berikut:

التمسوها في العشر الأواخر فإن ضعف أحدكم فلا يغلبن على السبع البواقى

“Carilah di sepuluh malam terakhir, apabila tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh malam tersisa.” [ HR. al-Bukhari]

Demikian juga hadis berikut:

الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي تَاسِعَةٍ تَبْقَى فِي سَابِعَةٍ تَبْقَى فِي خَامِسَةٍ تَبْقَى

“Carilah malam lailatul qadar pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Pada malam kedua puluh sembilan, kedua puluh tujuh, kedua puluh lima”. [HR. Al-Bukhari]

Mengingat variatifnya hadis-hadis tersebut  di antara ulama berusaha mencari jalan keluar dengan cara mengompromikan ( al jam’u). Kompromisasi ini menjadikan malam 27 Ramadhan diharapkan sebagai malam yang mulia itu. Di antara hadis yang dijadikan rujukan ini adalah riwayat Sahabat Ubay bin Ka’ab.  Beliau pernah bersumpah dan berkata,

وَاللَّهِ إِنِّي لَأَعْلَمُ أَيُّ لَيْلَةٍ هِيَ هِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم بِقِيَامِهَا هِيَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِين

“Demi Allah aku tahu kapan malam itu, yaitu malam yang kita diperintahkan oleh Rasulullah untuk menghidupkannya, yaitu malam kedua puluh tujuh” [HR. Muslim]

Demikian juga hadits dari Mu’awiyah beliau menukil perkataan dari Nabi saw:

ﻟَﻴْﻠَﺔُ ﺍﻟﻘَﺪْﺭِ ﻟَﻴْﻠَﺔُ ﺳَﺒْﻊٍ ﻭﻋِﺸْﺮﻳﻦَ

“Lailatul qadar pada malam kedua puluh tujuh.” [ HR. Abu Dawud]

Imam an Nawawi menempuh upaya kompromisasi hadis yang variatif tersebut dengan menyatakan bahwa malam lailatul qadar itu mungkin berpindah-pindah dalam setiap tahunnya.

ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺍﻟْﻤُﺤَﻘِّﻘُﻮﻥَ : ﺇِﻧَّﻬَﺎ ﺗَﻨْﺘَﻘِﻞ ﻓَﺘَﻜُﻮﻥ ﻓِﻲ ﺳَﻨَﺔ : ﻟَﻴْﻠَﺔ ﺳَﺒْﻊ ﻭَﻋِﺸْﺮِﻳﻦَ ، ﻭَﻓِﻲ ﺳَﻨَﺔ : ﻟَﻴْﻠَﺔ ﺛَﻠَﺎﺙ ، ﻭَﺳَﻨَﺔ : ﻟَﻴْﻠَﺔ ﺇِﺣْﺪَﻯ ، ﻭَﻟَﻴْﻠَﺔ ﺃُﺧْﺮَﻯ ﻭَﻫَﺬَﺍ ﺃَﻇْﻬَﺮ . ﻭَﻓِﻴﻪِ ﺟَﻤْﻊ ﺑَﻴْﻦ ﺍﻟْﺄَﺣَﺎﺩِﻳﺚ ﺍﻟْﻤُﺨْﺘَﻠِﻔَﺔ ﻓِﻴﻬَﺎ

“Menurut para ulama peneliti: lailatul qadar itu berpindah-pindah setiap tahunnya. Terkadang pada satu tahun terjadi pada malam ke-27, terkadang pada malam ke-23, atau pada malam ke-21, atau di malam lainnya. Inilah pendapat yang lebih kuat karena mengompromikan berbagai hadits-hadits yang ada.” [Syarh Muslim Imam an Nawawi ]

Pendapat ini juga selaras dg yg disampaikan oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani :

ﺃﺭﺟﺢ ﺍﻷﻗﻮﺍﻝ ﺃﻧﻬﺎ ﻓﻲ ﻭﺗﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﺸﺮ ﺍﻷﺧﻴﺮﺓ ﻭﺃﻧﻬﺎ ﺗﻨﺘﻘﻞ

“Pendapat terkuat bahwa lailatul qadar pada malam ganjil 10 hari terakhir dan berpindah-pindah. [Fathul Bari Syarh Shahih Imam Al Bukhari]

MEMAHAMI  NUZULUL QURAN  (TURUNNYA AL QURAN) : Antara 17 Ramadhan dan 27 Ramadhan

Upaya kompromisasi yang dilakukan oleh ulama dalam menjelaskan terjadinya Lailatul Qadar sebagaimna di atas masih menyisakan problem. Yaitu ketika dihubungkan  dengan malam turunnya Al-Quran (nuzulul quran); apakah seperti yang disebutkan dalam QS. al Anfal:41 yaitu turun bersamaan peristiwa perang Badar ataukah saat Terjadinya Lailatul Qadar ( QS. Al Qadr) pada hari-hari akhir bulan Ramadhan?

Dalam hal ini, pendapat jumhur membenarkan kedua pendapat tersebut dan mengatakan bahwa Al-Quran memang turun pada kedua malam tersebut.

Dalam beberapa referensi Ulumul Quran, menyebutkan bahwa sebelum Al-Quran sampai kepada Nabi SAW, proses turunnya Al-Quran melalui 3 tahap yang sesungguhnya menunjukkan posisi keberadaan Al-Quran tersebut.

Tahap pertama yaitu, Al-quran (kalam Allah( كلام الله بلا صوت ولا حرف)) saat berada Lauhul Mahfuzh secara sekaligus dalam arti, bahwa Allah menetapkan keberadaannya di sana, sebagimana halnya dia menetapkan adanya segala sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. Tetapi kapan saatnya serta bagaimana caranya tidak seorangpun mengetahui kecuali Allah SWT. Pendapat ini didasarkan pada firman Nya dalam QS. Al Buruj ayat 21-22:  

بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَجِيدٌ  فِي لَوْحٍ مَحْفُوظٍ

“Sesungguhnya Kami menurunkan Al-quran itu pada malam yang diberkati.” (QS Ad Dukhan: 3)

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ

“Kami menurunkan Al-quran itu pada malam Lailatul Qadar.” (QS Al Qadar: 1)

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ

“Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan kitab suci Alquran.” (QS Al Baqarah: 185) 

Ketiga ayat di atas mengarahkan pada pemahaman bahwa Al-Quran turun dari Lauhil Mahfudh ke Baitul Izzah secara sekaligus pada suatu malam di bulan Ramadhan, yang disebut dengan Lailatul Qadar, Malam Penuh Keberkahan dan Kemuliaan.

Tahap ketiga yaitu, Al-Quran turun dari Baitul Izzah di langit dunia langsung kepada Nabi Muhammad SAW. Tetapi turunnya kepada Nabi tidak dengan sekaligus, melainkan sedikit sedikit sesuai keperluan, masa, dan tempat atau yang biasa disebut dengan Asbab an nuzul dan alasan tasyri’ lainnya.

Pada tahap ini, di antara contoh turunnya Al-Quran pada peristiwa perang Badar yg disebutkan dalam QS. Al-Anfal: 41.

SebelumnyaSubulussalam Berbagi SesudahnyaPengajian Kitab Ramadhan Pesantren Subulussalam Tulungagung

Berita Lainnya

0 Komentar