“Pentingnya Penerapan Nilai- Nilai yang Terkandung dalam Kitab Ta’limul Muta’allim Pada Pola Pendidikan Zaman Sekarang”
Oleh : Diah Ayu Hafidhotul Jannah
Manusia diciptakan oleh Allah SWT, sebagai khalifah di bumi, bertujuan untuk memakmurkan dunia. Oleh karena itu Allah memberi bekal kepada-Nya, segala bentuk pancaindra dan kemampuan untuk berpikir. Bekal yang diberikan oleh Allah SWT tersebut seluruhnya senantiasa dipupuk dan ditingkatkan untuk mencapai kesempurnaan insani. Untuk mencapai suatu kesempurnaan insani diperlukan belajar.Praktik Belajar- Mengajar merupakan suatu proses yang berlangsung dalam kehidupan manusia secara berkesinambungan. Keberadaannya sangat penting dan tak bisa dipisahkan dengan adanya manusia. Selama manusia hidup, maka proses belajar akan terus berlangsung. Belajar dalam arti sempit adalah menuntut ilmu pengetahuan.
Pada hakikatnya belajar diartikan sebagai prosesmembangun makna/pemahaman terhadap informasi dan/pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri atau bersama orang lain.Prosesitu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan. Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”. Artinya selama dalam proses pembelajaran itu adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang dan perubahan-perubahan yang sangat penting dalam diri seseorang. Selain itu belajar merupakan salah satu langkah positif yang harus ditempuh manusia untuk mengembangkan potensi dan kemampuannya. Islam telah membuat konsepsi-konsepsi tentang peningkatan kemampuan dan potensi manusia.
Pola belajar- mengajar mengalami sedikit banyak perubahan seiring dengan perkembangan zaman termasuk seperti teori yang digunakan mengalami perubahan. Akhirnya keberadaan landasan dalam belajar yang bersifat tradisional (yang dulunya menempati posisi yang penting) sekarang dipertanyakan keberadaannya. Apakah landasan-landasan tersebut masih relevan denagn teori-teori belajar masa kini ataukah sudah saatnya dihilangkan karena sudah tidak relevan lagi. Salah satu landasan yang dimaksud adalah keberadaan kitab Ta’lim Muta’alim yang menjadi pedoman bagi santri baik ketika ia masih menuntut ilmu maupun ketika ia menjadi orang. Kitab Ta’lim Muta’alim adalah suatu kitab kuning yang di daerah asalnya, yaitu seputar Timur Tengah, kitab kuning ini disebut Al-Kutub Al-Qadimah sebagai tandingan Al-Kutub Al-Ashriyah.
Pendidikan yang ertumpu pada kitab kuning itu telah berhasil membentuk masyarakat yang bermoral dan beradap dengan tingkatkecerdasan yang berbeda mulai dari thalib dan mutha’alim sampai kepad alim atau mu’alim (kiyai). Karena pada hakikatnya Pembelajaran yang bermakna membawasesorang pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh seseorang semakinberkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman danpenemuannya sendiri. Dalam konteks ini pesertadidik mengalami dan melakukannya sendiri. Proses pembelajaran yang berlangsung melibatkan peserta didik sepenuhnya untuk merumuskan sendiri suatu konsep. Keterlibatan pendidik hanya sebagai fasilitator dan moderator dalam proses pembelajaran tersebut.
Berbicara mengenai proses belajar, yang mana proses belajar mempunyai banyak definisi dan intepretasi, tergantung dari sudut mana seseorang itu memandang. Dalam uraian point terdahulu telah dipaparkan tentang manusia dan belajar sebagai media pengembangan diri. Selain itu belajar juga merupakan suatu proses yang akan mengakibatkan perubahan dalam diri individu yang belajar. Perubahan tersebut bisa berupa tingkah laku yang ditimbulkan melalui latihan atau pengalaman.
Konsep belajar dalam Islam bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan dan perkembangan rasional saja, tetapi harus meliputi seluruh kebutuhan jasmani dan rohani secara seimbang, tidak melihat unsur- unsur psikologinya secara dikotomis. Konsep inilah yang sebenarnya melahirkan fikir dan dzikir menjadi satu arah, dan menempatkan manusia sesuai dengan harkat dan martabat manusia, baik sebagai individu, sosial ataupun makhluk spiritual. Sehingga tujuan belajar untuk menempatkan manusia pada posisinya yang paling mulia dapat tercapai. Manusia sejak lahir memiliki fitrah (potensi-potensi) yang harus senantiasa dikembangkan. Belajar merupakan media utama untuk mengembangkannya.
Namun, apanila melihat konsep belajar dewasa ini, yang mana terdapat kecenderungan dalam konsep pembelajaran yang bercermin pada Negara-negara barat yang memang unggul dari segi materinya. “Metode-metode pendidikan barat berhasil mencetak sarjana tak dapat dipungkiri, barat berhasil mencetak kebutuhan material yang telah sampai pada puncak kejayaannya yang belum pernah dirasakan pada zaman dahulu. Nmaun kebutuhan material yang telah samapai pada msa puncaknya tak mampu memberikan kebahagiaan hakiki pada umat manusia”.
Meski demikian, konsep belajar dalam Islam yang telah memaparkan secara rinci dan operasional mengenai proses belajar, (pemahaman dan pengetahuan) Proses kerja sistem memori (akal) dan proses penguasaan pengetahuan dan keterampilan banyak diterapkan. Sebagaimana Di Indonesia, kitab Ta’lim Muta’allim dikaji dan dipelajari hampir di setiap lembaga pendidikan klasik tradisional seperti pesantren, bahkan di pondok pesantren modern. Dari pembahasan kitab ini, dapat diketahui tentang konsep metode pembelajaran pendidikan Islam yang dikemukakan al-Zaarnuji dalam kitab Ta’lim Muta’allim, menjelaskan bahwa metode pembelajaran meliputi dua kategori. Pertama, metode yang bersifat etik mencakup niat dalam belajar; Kedua, metode yang bersifat teknik strategi meliputi cara memilih pelajaran, memilih guru, memilih teman dan langkah-langkah dalam belajar.
Sebagaimana yang kita ketahui, Belajar hukumnya adalah wajib (fardlu) bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Namun demikian, menurut al-zarnuji manusia tidak diwajibkan mempelajari segala macam ilmu, tetapi hanya diwajibkan mempelajari ilm al-hal (pengetahuan- pengetahuan yang selalu dperlukan dalam menjunjung kehidupan agamanya). Dan sebaik-baik amal adalah menjaga hal-hal. Poin- poin penting yang dapat diterapkan pada pola pendidikan zaman sekarang seperti halnya tujuan sesorang dalam memulai belajar. Segala perbuatan adalah tergantung daripada niatnya. Oleh karena itu dijelaskan pula dalam kitab Ta’limul Muta’allim bahwa niat yang benar dalam belajar adalah untuk mencari keridlaan Allah SWT, agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Niat belajar juga ditujukan untuk memerangi kebodohan pada diri sendiri dan orang lain, mengembangkan dan melestarikan ajaran Islam, dan mensyukuri nikmat Allah SWT. Sehubungan dengan hal ini, al-Zarnuji mengingatkan agar setiap penuntut ilmu tidak sampai keliru menentukan niat dalam belajar.
Apabila kita tenggok etika murid terhadap guru di sekolah pada zaman sekarang banyak kurangnya, yang mana para murid tidak terlalu mementingkan hormat terhadap sang guru. Fenomena seperti itu baanyak dijumpai dalam berlangsungnya proses pembrlajaran di Indonesia. Oleh karena itu, penting untuk memegang penuturan al-Zarnuji yang tertuang dalam kitab Ta’limul Muta’allim yang menyerukan bahwasannya peserta didik haruslah menghormati ilmu, orang yang berilmu dan pendidiknya. Sebab apabila melukai pendidiknya, berkah ilmunya bisa tertutup dan hanya sedikit kemanfaatannya. Sedangkan cara menghormati pendidik di antaranya adalah tidak berjalan di depannya, tidak menempati tempat duduknya, tidak memulai mengajak bicara kecuali atas izinnya, tidak bicara macam-macam di depannya, tidak menanyakan suatu masalah pada waktu pendidiknya lelah, dan tidak duduk tertalu dekat dengannya sewaktu belajar kecuali karena terpaksa. Pada prinsipnya, peserta didik harus melakukan hal-hal yang membuat pendidik rela, menjauhkan amarahnya dan mentaati perintahnya yang tidak bertentangan dengan agama Allah SWT.
Selain itu, dalam pergaulan pelajar zaman sekarang sangatlah melenceng dari ajaran Islam. Hal itu biasa terjadi karena faktor terpengaruh oleh lingkungan pertemanan. Maka dari itu dalam Ta’limul Muta’allim di anjurkan untul Peserta didik hendaknya memilih teman yang tekun, wara’, jujur, dan mudah memahami masalah dan perlu menjauhi pemalas, banyak bicara, penganggur, pengacau dan pemfitnah Sehingga terhindar dari pergaulan yang salah kaprah. Dalam proses belajar Peserta didikjuga haruslah sungguh-sungguh di dalam belajar dan mampu mengulangi pelajarannya secara kontinu pada awal malam dan di akhir malam, yakni waktu antara maghrib dan isya dan setelah waktu sahur, sebab waktu-waktu tersebut kesempatan yang memberkahi.
Dalam belajar, peserta didik harus tawakkal kepada Allah SWT dan tidak tergoda oleh urusan rezeki. Peserta didik hendaknya tidak digelisahkan oleh urusan duniawi, karena kegelisahan tidak bisa mengelakkan musibah, bahkan membahayakan hati, akal, badan dan merusak perbuatan-perbuatan yang baik. Oleh karena itu, hendaknya peserta didik berusaha untuk mengurangi urusan duniawi. Peserta didik hendaknya bersabar dalam perjalanannya mempelajari ilmu. Perlu disadari bahwa perjalanan mempelajari ilmu itu tidak akan terlepas dari kesulitan, sebab mempelajari ilmu merupakan suatu perbuatan yang menurut kebanyakan ulama lebih utama dari pada berperang membela agama Allah. Siapa yang bersabar menghadapi kesulitan dalam mempelajari ilmu, maka ia akan merasakan lezatnya ilmu melebihi segala kelezatan yang ada di dunia.
Dalam konsep etika belajar mengajar, yaitu adanya keterlibatan secara menyeluruh pada diri manusia baik fisik maupun psikis. Hal ini melibatkan beberapa unsur yang kemudian dengannya akan tampak kemajuan pada diri manusia baik dirinya secara pribadi, orang lain, maupun lingkungan. Akhlak merupakan unsur psikis yang tidak boleh di hilangkan, karena akhlak akan berdampak pada perilaku keseharian anak didik. Unsur yang lain adalah akal dan hati, rohani dan jasmani, keseluruhannya menempatkan diri pada porsinya. Keseluruhannya menjadi penting untuk dikembangkan dan mendapatkan penanganan yang serius dari pendidik (guru). Tujuan menempati posisi yang penting dalam belajar. Dalam Kitab Ta’lim
Muta’allim tujuan dikenal dengan niat. Karena pentingnya niat, maka niat diletakkan paling awal diantara 13 pasal yang dibahas. Faktor juga dipandang penting dalam pendidikan masa kini, sebagaimana disebutkan dalam salah satu prinsipnya yaitu: “Belajar lebih berhasil jika berhubungan dengan niat, keinginan dan tujuan anak. Dalam Kitab Ta’lim Muta’allim dikemukakan beberapa lingkungan yang ikut mempengaruhi proses belajar murid. Pembentukan pribadi atau hasil belajar murid sangat dipengaruhi oleh lingkungan.
Komentar Terbaru