Memuliakan Ilmu Beserta Ahlinya
Oleh : Handan Nurin Jauzul Hindi
Kita sebagai pelajar, seorang pencari ilmu yang mengharap kebermanfaatan ilmu yang kita peroleh di suatu hari kelak. Ilmu yang manfaat bisa kita dapatkan dengan memuliakan ilmu beserta ahlinya dan memuliakan guru. Seseorang yang tidak menghormati atau meremehkan ilmu beserta ahlinya dan gurunya maka sulit didapatkan kemanfaatan ilmu yang didapatkannya.
Dikatakan dalam kitab ta’limul muta’alim bahwasanya menghormati itu lebih baik daripada taat. Seseorang bisa menjadi kufur bukan sebab ia berbuat maksiat melainkan lantaran tidak mengindahkan perintah dan larangan Allah SWT. Termasuk memuliakan guru.
Syekh Imam Sadiduddin Syairozi berkata: guru-guruku berkata: “barangsiapa yang menginginkan anaknya menjadi orang alim, maka seyogyanya menjaga, memuliakan, menghormati, dan memberi segala sesuatu kepada meraka yang pergi untuk belajar. Jika kehendak Allah anaknya tidak menjadi orang alim, setidaknya nanti cucunya yang menjadi alim”.
Diantara contoh memuliakan guru yakni, tidak berjalan didepannya, tidak duduk di tempat duduknya, memulai bicara ketika mendapat izin darinya, tidak mengajukan pertanyaan jika keadaan guru tidak enak atau capek, tidak mengetuk-ngetuk pintu namun bersabar menunggunya sampai guru keluar dll. Seorang pelajar juga hendaklah selalu meminta keridhaan guru, menjauhi kemurkaan gurunya. Selain itu hendaklah melaksanakan perintah-perintahnya kecuali perintah bermaksiat dan memuliakan guru bisa dengan memuliakan sanak familinya juga. Selain itu janganlah sampai membuat sakit hati guru agar ilmunya manfaat barokah. Sebagimana syairan yang mempunyai makna.
“Sesungguhnya guru dan dokter jika tidak dihormati maka tidak akan mau memberikan nasihat dengan benar”
“Maka terimalah dengan sabar rasa sakitmu jika engkau menremehkan doktermu, dan terimalah kebodohanmu jika engkau meremehkan gurumu”
Diantara sebagian memuliakan ilmu yakni memuliakan kitab atau buku dari sumber ilmu. Maka sebaiknya bagi seorang pelajar atau orang yang hendak belajar tidak memegang kitab atau tidak memulai belajarnya kecuali dalam keadaan suci terlebih dahulu. Sebab ilmu merupakan nur (sinar) dan wudhu juga nur. Maka jika digabungkan jadi satu ilmu itu akan bertambah lantaran adanya wudhu tersebut. Selain bersuci, memuliakan ilmu bisa dengan tidak menselonjorkan kaki pada kitab, menata kita-kitab sebagaimana tingkatannya misalnya menaruh kitab tafsir diatas kita-kitab lainnya dan hendaklah tidak menaruh barang apapun diatas kitab seperti bolpoin dll. Selain yang tersebutkan sebelulmnya adapun yang termasuk memuliakan ilmu yakni menulis kitab (memaknai kitab) dengan tulisan yang baik, memberikan keterangan dengan tulisan yang baik dan jelas, tidak menulis dengan huruf yang kecil-kecil hingga sulit untuk dibaca. Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Abu Hanifah: ketika engkau menulis dengan tulisan yang kecil-kecil jika engkau masih hidup maka engkau akan rugi, dan jika sudah meninggal engkau pasti akan dicaci maka oleh anak turun. Artinya jika engkau diberikan umur panjang namun penglihatan sudah tidak berfungsi sebagimana dahulu maka engkau akan merugi sebab kau membuat tulisan yang kecil sehingga sulit untuk dibaca.
Sebagai pelajar sebaiknya tidak pilih-pilh dalam mempelajari ilmu, sebab guru tentu sudah paham dan berpengalaman banyak tentang pemilihan ilmu yang hendak diajarkan kepada muridnya selain itu juga sudah mengetahui mana ilmu yang baik sesuai akal dan tabiat (watak) orang tersebut. Sebagai contoh, orang-oramg terdahulu pasrah segala urusan pendidikan kepada gru-gurumya. Oleh sebab itu mereka berhasil dengan tujuan dan maksudnya. Namun para pelajar masa kini kebanyakan senang memilih dengan caranya sendiri. oleh karenanya mereka tidak bisa memperoleh apa yang dikehendaki dari ilmu dan fakih.
Komentar Terbaru