SEKILAS INFO
  • 4 tahun yang lalu / Selamat datang di website Pesantren Subulussalam Tulungagung
WAKTU :

Penghormatan kepada Ilmu dan Ahli Ilmu

Terbit 24 Juli 2021 | Oleh : redaksi | Kategori : Artikel
Penghormatan kepada Ilmu dan Ahli Ilmu

 Oleh : Sri Nailul Hidayah

Ilmu adalah kunci dari keberhasilan baik di dunia maupun akhirat. Seperti halnya disebutkan dalam suatu hadits, yang artinya barang siapa ingin memperoleh dunia maka caranya dengan ilmu, barang siapa ingin memperoleh (kesuksesan) akhirat maka caranya adalah dengan ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka caranya adalah dengan ilmu. Begitu pentingnya ilmu sampai banyak sekali maqolah-maqolah, dalil-dalil yang semakin meyakinkan kita bahwa ilmu adalah segalanya. Bahkan dalam al-Qur’an surat al-Mujadilah ayat 11 disebutkan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat. 

‘’ … Yarfa’illahul ladziina aamanuu minkum wal ladziina uutul ‘ilma darojaat …’’

Mengingat betapa pentingnya ilmu, tidak semua orang bisa dengan mudah mendapatkannya apalagi mengambil manfaat darinya. Tentu saja ada tata krama / adab yang harus dilakukan dalam mencari ilmu. Salah satunya yaitu menghormati ilmu dan ahli ilmu. Dalam kitab Ta’limul Muta’allim karya Syekh az-Zarnuji disebutkan bahwa :

I’lam bi anna thoolibal ‘ilmi laa yanaalul ‘ilma wa laa yuntafa’u bihii illaa bi tandhiimil ‘ilmi wa ahlihi wa tandhiimil ustaadzi wa tawqiirihi. (Ketahuilah bahwa para pelajar tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan dapat mengambil manfaatnya, tanpa mau menghormati ilmu dan guru.)

Salah satu cara menghormati ilmu adalah dengan menghormati kitab. Kitab adalah tempat kita untuk mengikat ilmu dengan cara menulis di dalamnya. Seperti dalam suatu maqalah yang menyebutkan bahwa, ‘’Ilmu itu ibarat hewan buruan, dan tulisan adalah tali pengekangnya. Maka ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat.’’ Seperti halnya hewan buruan, ilmu pun akan mudah lepas jika kita tidak menjaga tempat mengikatnya dengan baik. Diantara cara menghormati kitab adalah dengan tidak memegang kitab kecuali dalam keadaan suci. Salah seorang ulama’ menyebutkan bahwa ia tidak akan memperoleh ilmu jika ia tidak menjaga wudhunya. Karena ilmu adalah cahaya, begitupun wudhu juga adalah cahaya. Maka jika keduanya digabungkan tidak ada yang terjadi kecuali semakin bertambah cahayanya. 

Para pelajar juga tidak boleh meletakkan kitab di dekat kakinya ketika duduk bersila. Tidak diperkenankan pula meletakkan sesuatu di atas kitab dan meletakkan kitab tafsir di tempat yang paling atas. Dalam hal menulis pun juga terdapat aturan yang perlu diperhatikan yaitu pelajar harus menulis kitabnya dengan tulisan yang jelas agar tidak menyesal di kemudian hari. Maksudnya adalah tulisan yang tidak terlalu kecil sehingga menyulitkan untuk membaca ketika kelak penglihatan sudah mulai melemah. Sebaiknya pelajar juga tidak menggunakan tinta berwarna merah ketika menulis, karena hal tersebut tidak sesuai dengan kebiasaan ulama’ salaf.

Hendaknya seorang pelajar mendengarkan ilmu dengan penuh rasa hormat, meskipun sudah memperolehnya berulang kali. ‘’Man lam yakun ta’dhiimuhu ba’da alfi marrotin kata’dhiimihi fii awwali marrotin falaysa bi ahlil ‘ilmi.’’ Barangsiapa yang tidak menghormati / memperhatikan suatu masalah, meskipun ia sudah mendengarnya seribu kali, maka dia bukan termasuk ahli ‘ilmu. Seorang ahli ilmu tidak akan merasa bosan meskipun sudah mendengarkan suatu ilmu berkali-kali. Karena sesungguhnya dalam pendengaran kedua, ketiga dan seterusnya terdapat suatu pemahaman baru atau ilmu baru yang terkadang kita tidak menyadarinya. 

Terkait dengan menghormati ahli ilmu, terdapat perkataan dari Sayyidina Ali bin Abi Tholib :

‘’Anaa ‘abdu man ‘allamnii harfan waahidan, in syaa-a baa’a wa in syaa-a a’taqa wa in syaa-a istaraqqa.’’ (Aku adalah budak orang yang mengajariku walau hanya satu huruf. Jika dia mau silakan menjualku, atau memerdekakanku, atau tetap menjadikanku sebagai budaknya. Selaras dengan cuplikan nadhom Alala Tanalul Ilma yang berbunyi : 

Roaitu ahaqqol haqqi haqqol mu’allimi 

Wa aujabahu hifdhon ‘ala kulli muslimi

Laqod haqqo an yuhda ilaihi karomatan

Li ta’liimi harfin waahidin alfu dirhami

Yang artinya : Tidak ada yang lebih besar dari haq-nya seorang guru. Ini wajib dipelihara bagi setiap orang Islam. Sungguh pantas bagi seorang guru walau hanya mengajar satu huruf untuk diberi hadiah seribu dirham sebagai tanda hormat padanya. Dalam kitab Ta’limul Muta’allim disebutkan juga bahwa seorang yang mengajarkanmu walau hanya satu huruf namun itu kaubutuhkan dalam agama, maka ia ibarat bapakmu dalam agama. Hal tersebut disebabkan karena sangat berjasanya guru kepada muridnya. 

Dalam nadhom Alala Tanalul Ilma disebutkan juga bahwa sebaiknya pelajar lebih mendahulukan guru daripada orangtua, meskipun dari orangtualah kita mendapat kemuliaan. Karena guru adalah orang yang merawat ruh, sementara orangtua adalah yang merawat jasmani kita. 

Diantara cara menghormati guru adalah dengan tidak berjalan di depan guru, tidak menempati tempat duduk guru serta tidak berbicara kecuali dengan seizin guru. Seorang pelajar juga harus menghormati putranya serta orang yang memiliki hubungan dengan guru. Selain itu yang perlu diperhatikan juga seorang murid harus mencari keridloan dari gurunya, tidak menyakiti hati gurunya, serta mematuhi perintah gurunya selama tidak bermaksiat kepada Allah.

Semoga kita semua bisa menjadi orang yang menghormati ilmu serta ahli ilmu. 

Malang, 22 Juli 2021

SebelumnyaMemuliakan Ilmu Beserta Ahlinya SesudahnyaBentuk Syukur atas Ilmu

Berita Lainnya

0 Komentar