KUNJUNGAN USTADZ AHMED ABDELHADY ABDELGAWAD FLIEFEL DARI MESIR KE PESANTREN SUBULUSSALAM TULUNGAGUNG.
Penulis: Tiago Gusniawan| Editor: Chofifah Ayuningtyas
Tulungagung, subulussalamta.com – Pada (07/03/2022), Ustadz Ahmed Abdelhady Abdelgawad Fliefel yang berasal dari Mesir melakukan kunjungan ke pesantren Subulussalam Tulungagung, beliau mendapatkan sambutan yang sangat antusias dari para santri dan pengasuh, yakni Abah Ahmad Zainal Abidin dan Ibunda Salamah Noorhidayati. Beliau datang bersama seorang mahasiswa yang sekaligus menjadi penerjemah. Ustadz Abelgawad menyampaikan muhadhoroh ilmiah dengan beragam tema, seperti keutamaan ahli ilmu, histori para ulama dan kisah sejarah Nabi Muhammad Saw.
Beliau menyampaikan urgensi masjid di zaman dahulu. Hal pertama yang dilakukan Nabi Muhammad Saw. ketika tiba di Madinah yaitu membangu masjid di atas tanah dua anak yatim yang bernama Sahl dan Suhail. Alasannya karena masjid tak hanya difungsikan sebagai tempat ibadah, melainkan tempat untuk mengadili suatu perkara, tempat untuk menimba ilmu, tempat untuk menyusun strategi perang, tempat untuk merawat orang sakit dan lain sebagainya. Tidak hanya itu, seorang Ahlu Shuffah sebanyak 70 orang memfungsikan masjid sebagai tempat mereka beraktivitas.
Ustadz Ahmed Abdelhady Abdelgawad Fliefel juga menceritakan tentang kisah seorang perempuan pertama yang mengobati orang sakit di dalam masjid. Beliau adalah Rufaidah Al-Anshariyah, seorang perawat ternama pada zaman Rasulullah SAW. Rufaidah Al-Anshariyah merupakan seorang wanita yang berasal dari kabilah Aslam. Beliau dengan penuh kesetiaan dan kesabaran mengobati siapa saja yang sakit pada zaman Rasullah SAW. Kemudian, secara khusus Rufaidah Al-Anshariyah mendirikan sebuah tenda di dekat Masjid Nabawi untuk menolon dan mengobati siapa saja yang terluka.
Tidak hanya kisah Rufaidah Al-Anshariyah, Ustadz Ahmed Abdelhady Abdelgawad Fliefel juga menceritakan Muhammad bin Qosim. Muhammad bin Qosim merupakan seseorang yang sangat cinta terhadap ilmu. Beliau rela meninggalkan istrinya yang sedang hamil untuk menimba ilmu. Muhammad bin Qosim juga pernah menimba ilmu dengan Imam Malik selama 17 tahun.
Selain itu, hal yang dilakukan Rasulullah di Madinah adalah mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaum Anshor. Kaum Muhajirin adalah umat islam Makkah yang hijrah ke Madinah. Sedangkan kaum Anshor adalah umat islam asli penduduk Madinah. Salah satu tujuan Rrasulullah mempersatukan kaum Muhajirin dan kaum Anshor adalah untuk memperkuat solidaritas dan kohesivitas sosial antara umat islam. Rasulullah selalu menegaskan bahwa sesama muslim itu saling bersaudara.
Kesan para santri dengan kunjungan beliau adalah merasa kagum dan senang serta menambah semangat untuk belajar. Muhadhoroh yang beliau sampaikan menambah pengetahuan dan wawasan.
“Mendapat ilmu tentang agama yang banyak dan juga mendapatkan ilmu bahasa, jadi bisa mengetahui lahjah lughoh dari Mesir. Acara bagus, alangkah baiknya pertemuan di lakukan secara rutin, jadi kita bisa sharing keilmuan, bahkan budaya dan pendidikan yang ada di mesir,” tutur salah satu santri.
“Dari kedatangan Ustadz Ahmed tentu saja menjadi suatu kebanggaan tersendiri, sebab beliau adalah orang yang ‘alim, beliau juga ramah, baik dan mau berbagi pengetahuan,” tambah santri lainnya.
Komentar Terbaru